Akhirnya unique sempet-sempetin bikin sinopsis nih drama, soalnya unique suka banget ama changmin. semoga pembaca juga pada suka ya. ^__^
"Yah..Da Ji yah... (Hey.. Da Ji...)" Ayah Da Ji berusaha mengejar Da Ji dan Dong Joo.
"Appa... Mianhae...." Teriak Da Ji tetap berlari bersama Dong Jo.
Meski berusaha mengejar, namun ayah Da Ji kalah tenaga akhirnya ia terjatuh. Da ji dan Dong Joo seketika menghentikan lari mereka.
"Appa...!" Da Ji kaget melihat ayahnya terjatuh.
"Da Ji yah, apa kau sudah lupa kesepakatanmu dengan ibumu? bukankah ibumu bilang kau harus menjadi mahasiswa di universitas Seoul?" ucap ayahnya dengan muka memelas.
"Appa.. Mianhae... (Ayah maafkan aku...)" Lagi -lagi Da Ji meminta maaf sang ayah, lalu kembali lari dengan Dong Joo."
"Kau...." ujar ayah Da Ji geram, dibelakang beberapa orang menyusul mengejar mereka. Ternyata ayah Dong Joo dan orang suruhannya. "Saat aku menangkapmu, kau akan mati!" Ayah Dong Joo berlari sambil mengomel. Ia terhenti melihat ayah Da Ji terduduk dengan lemas. "Hey.. Lee Yi dimana anakmu? Dia membawa kabur kemana Dong Joo ku? Oh My God...." ayah Dong Joo mengomel panjang pendek. "Hey.. geledah seluruh tempat ini, jika kalian tidak bisa menemukannya maka kalian akan mati" teriak ayah Dong Joo pada suruhannya dengan marah.
Ternyata Da Ji dan Dong Joo pergi mendaftarkan pernikahan mereka (Hahahhaha...). Petugas yang mengurus mereka membaca formulir registrasi itu, "Jadi umurmu 17 tahun?" tanya petugas itu pada Da Ji. "Tapi menurut lunar kalender, umurku 19 tahun." bantah Da Ji.
"Tanpa ijin orang tua, pernikahan tidak bisa diijinkan." ucap sang petugas.
"Jadi harus membawa orang tua baru pernikahannya sah?"
"Jika ditandatangani tanpa sepengetahuan orang tua, maka ini tidak valid. Kalian ini terlalu berani"
Da Ji dan Dong Joo menghela napas. "Tidak apa-apa, kita pasti tidak akan terpisah" Dong Joo menenangkan hati Da Ji.
Dihadapan ayah Da Ji, ayah ibu dan kakek Dong Joo, Da Ji memberanikan diri memohon pada ayahnya agar ia tidak jadi disekolahkan keluar kota karena ingin bersama Dong Joo, begitu juga Dong Joo yang memohon pada ayahnya agar ia dan Da Ji diijinkan menikah, dengan begitu ia akan bisa bersama dengan Da Ji selamanya. Bahkan dengan berani Dong Joo meminta ijin ayah Da Ji untuk menjaga Da Ji. Diawal, baik ayah Da Ji maupun orang tua Dong Joo tidak setuju pada ide gila anak-anak mereka, namun situasi berbalik saat kakek Dong Joo berlutut memohon pada ayah Da Ji agar cucu kesayangannya itu bisa menikah dengan Da Ji. Ayah Dong Joo protes, namun tidak berkutik pada sang ayah. Dimata sang kakek, ternyata Dong Joo lebih berharga dari pada ayah Dong Joo sendiri, dan akhirnya mereka pun menikah. Pasangan labil itu pun merayakan pernikahannya dengan suka cita.
Meski telah menikah, karena masih terlalu muda, Da Ji dan Dong Joo masih canggung satu sama lain. Terlihat saat mereka menonton bola, begitu kesebelasan korea berhasil mencetak gol, mereka berpelukan dan terjatuh disofa. Dan tangan Dong Joo memegang sesuatu... Upz... kedua tangannya mendarat dengan tepat didada Da Ji. segera saja Dong Joo melepaskan tangannya, "Kau turunlah..." ucapnya canggung.
"Tidak mau, aku ingin menjadi seperti permen karet yang terjebak padamu" Da Ji menyandar lebih erat, tapi sedetik kemudian ia bangkit dan menoleh kebawah.. (Aigoo.. ada apa dibawah? ^^)
"Yah.. Kau melihat kemana, cepat turun..." Dong Joo sedikit membentak menutupi rasa groginya.
"Mian..(Maaf)" ucap Da Yi panik, sementara Dong Joo bangkit dan menghadap kejendela membelakangi Da Ji. Dong Joo sangat grogi, tapi dibelakang kepanikan Da Yi berubah menjadi senyuman aneh. (wkwkwk.. Da Ji si cute evil..) Ia berjalan kearah Dong Joo dan menggodanya. Kedua insan yang dilanda asmara itu bertatapan, "Kita akan bahagia selamanya..." ucap Dong Joo pelan.
"Selamanya..." Da Ji tersenyum mengangguk.
Mereka berciman dengan mesra.....
Prolog:
19 Tahun, 21 tahun... Kami berkata kami akan bahagia selamanya dipernikahan kami. Tapi 6 bulan kemudian, semuanya hancur. Karena kami ingin menikah dengan gila, ingin berpisah dengan gila. Keteguhan pernikahan kami pun mati. Perceraian juga keputusan yang sangat cepat. Enam tahun berlalu tanpa terasa.
Da Ji enak-enakan tiduran sembari menemani kudanya merumput. Diarah lain, ibu Da Ji mengomel karena putrinya itu hanya tiduran saja. Tapi kenyamanan Da Ji tidak berlansung lama, seorang ahjussi (bapak-bapak) berjalan kearahnya. "Hey.. kau pikir kau bisa sembunyi dariku? kau pikir aku tidak akan bisa menemukanmu?" "Oh.. Ahjussi, lama tak berjumpa.." Da Ji kaget dan bersiap-siap lari. "Hey kau membuat kudaku sakit dan tidak dapat berdiri. Apa itu kehebatanmu?"
"Aku telah memberikannya penanganan kesehatan yang baik." Da Ji mengenakan sepatunya, lalu lari menjauh dari ahjussi yang berusaha mengejarnya. Orang tua itu terus mengejar Da Ji, malang bagi Da Ji, ia terjatuh tepat di onggokan kotoran kuda.
"Da Ji, Gwenchana? (kau baik-baik saja?)" ayah Da Ji kawatir melihat putrinya.
"Iiissssh.." Da Ji bangun dengan kesal, namun menyadari sesuatu, ia menggenggam kotoran kuda itu dengan kedua tangannya, lalu membauinya. Sementara orang tuanya dan ahjussi memperhatikan dengan jijik. (aku juga jijik liatnya.. wkwkwkk). "Kotoran... Ya kotoran.." ia berteriak girang tanpa melepaskan kotoran kuda itu.
Seorang dokter membolak balik laporan hewan di peternakan itu. "Rata-rata aborsi kuda betina meningkat 20% dari tahun lalu."ujar sang Dokter. Ayah Da Ji mengatakan tidak satu pun hal yang bisa dikaitkan untuk menjadi alasan itu. Tiba-tiba Da Ji datang, kedua tangannya masih menggenggam kotoran kuda. Dengan bahagia ia menjelaskan pada sang dokter, bahwa kadar makanan kuda lah yang menjadi permasalahan dari kuda-kuda mereka. Da Ji menunjukkan sebuah laporan yang berasal dari jerman yang memuat hal tersebut. "Bagaimana kau tahu ini?" tanya Dokter itu bingung. Da Ji tersenyum simpul.
Kita beranjak ketempat lain, disebuah rumah mewah Dong Joo tertidur dengan pulasnya. Sebuah telepon mengganggu hingga mau tidak mau ia mengangkat telepon itu. Diseberang sana, ayah Dong Joo sedang mengomeli putranya yang tidak bekerja. Dong Joo menawari ayahnya agar memecat dirinya saja, jelas membuat sang ayah makin marah. Akhirnya ayah Dong Joo memenangkan perundingan mereka setelah mengancam akan menghentikan semua kartu kredit Dong Joo. (Ahahhaa... great daddy..) Dong Joo bersiap-siap mengenakan pakaian kantornya. (Whoaa.. minnie oppa ganteng banget disini..:D)
Dipeternakan, Da Ji sedang menjelaskan tentang peternakan pada dokter yang tadi ditemuinya dikandang kuda. Sang Dokter memujinya melihat Da Ji sangat mengetahui seluk beluk kuda, sayangnya tidak berlansung lama, kebanggaan Da Ji berantakan karena ucapan Ahjussi yang tadi mengejarnya. "Jika kau ingin ingin meninjau, dalam sepuluh menit kau akan melihat...." ucapan Ahjussi itu terhenti melihat Da Ji diseret oleh kuda yang tadi dipeganginya. "Aah.. 5 Menit cukup, tidak perlu 10 menit" Ahjussi itu melanjutkan ucapannya kembali. Dokter itu terpelongo melihat Da Ji berteriak-teriak.
Changmin, Eh Dong Joo maksudnya.. membuka pintu kantornya dengan mengendap-endap. Didalam, kakek dan ayah nya tengah berdiskusi. Melihat kedatangan Dong Joo, kakeknya lansung melemparkan jeruk yang ada dimeja kearah Dong Joo, tapi Dong Joo dengan sigap menyambutnya. "Nice Catch.. (tangkapan bagus..)" katanya bangga, namun sedetik kemudian sebuah jeruk mendarat tepat dikeningnya. Olala.. Dong Joo meringis memegangi kepalanya yang dibentur jeruk tersebut.
Da Ji keluar rumah dengan plaster dikeningnya (Hasil lari-larian nya dengan kuda..wkwkwk), diluar rumah, Ahjussi telah menunggunya, Ahjussi itu menanyakan kuda yang dibeli Da Ji dari australia, dan meminta Da Ji menjual kepadanya, ia akan membayar dengan harga lebih . Da Ji tidak mau karena ia sendiri telah bersusah payah mendapatkan kuda itu, Dae Ji pun kembali berkhayal ia dengan kudanya memenangkan pertandingan balap kuda dan hadiahnya bisa ia gunakan untuk membeli rumah peternakan.
"Berhentilah bermimpi.." ejek Ahjussi pada Da Ji. "Mr. Park telah menjual rumah tersebut pada orang lain beberapa waktu lalu." lanjutnya lagi.
"Anda bilang apa?"
***
"Aku tidak tahu..."
"Paradise Ranch (nama peternakan) telah dijual pada orang lain, bagaimana anda tidak tahu? Kau tau betapa kami menginginkan rumah itu? Ayahku telah menghabiskan uangnya untuk membayar rumah itu sejak bekerja di Sepul Turf Club" Da Ji mencerca sang pemilik peternakan itu
"Ahh itu sudah selesai, harganya jauh lebih mahal dari yang aku bayangkan." Sang pemilik rumah membela diri dan tetap berjalan keluar. Hingga sebuah teriakan mengagetkan keduanya. Ayah Da Ji datang dengan penuh kemarahan. Ia menarik-narik pemilik rumah itu, sekarang Da Ji malah diribetkan melerai kemarahan ayahnya. Tidak berhasil, Ia membiarkan ayah nya mengejar pemilik rumah itu yang lari terbirit-birit.
Dong Joo dan kakeknya memperhatikan seekor kuda yang terpampang disebuah majalah.
"Tampan bukan?" tanya kakeknya
"Aku tidak tahu." jawab Dong Joo
"Kuda ini untuk resort kita yang dipulau jeju, pergi dan beli kuda itu kembali."
"Aku tidak mau pergi." ucap Dong Joo.
"Kau tidak mau? minimal kau harus memikirkan cara menolak yang lebih halus, bajingan keci." Ayah Dong Joo ikut bicara. Kakek Dong Joo segera meraih telponnya "Blokir semua kartu kredit Dong Joo..." perintahnya ditelepon.
Mendengar ini, Dong Joo kaget dan lansung mengambil telepon dari tangan kakeknya. "Kenapa kau seperti ini kek?" tanyanya dengan wajah memelas. (Hahaha.. cute evil...)
"Jadi pergi dan beli kuda itu, jika tidak, serahkan semua kartu kreditmu." ancam kakeknya.
Dengan bantuan (tekanan) dari ayahnya, akhirnya Da Ji memperoleh kesepakatan dengan sang pemilik rumah tentang pembelian rumah peternakan itu. Obrolan mereka beralih pada kuda volpony yang dibeli oleh Da Ji. Da Ji mengatakan tidak ada masalah dengan kuda itu dan setuju ia akan melihat kudanya setelah kompetisi berakhir.
Da Ji pergi melihat pertandingan balap kuda dan bersenang-senang disana. Ditempat yang sama, Dong Joo menggedumel tidak tentu, apalagi setelah ia menginjak kotoran kuda dengan sepatunya yang bagus. Da Ji melihat sebuah pertunjukan, dimana siapa yang bisa bertahan lama dipunggung kuda mainan akan diberi hadiah, kontestan sebelumnya gagal, hingga muncul seorang pria tampan menaiki punggung kuda itu. Da Ji sangat menikmati pertunjukannya. Pria itu menang. MC di acara itu memberikan setangkai bunga dan menyuruh pria itu memberikan nya pada gadis cantik yang mengenakan topi terbagus. Laki-laki itu memandang berkeliling, dan menemukan Da Ji, sebenarnya topi Da Ji tidak lah bagus, malah lucu. Pria itu memberikan bunga dan mengenakan topi yang dipakainya kekepala Da Ji. "Joneun (dalam bahasa korea berarti aku)? Eh.. Me?" Da Ji kaget karena pria itu memilihnya. Da Ji sangat senang dan ia tidak berhenti tersenyum girang.
Da Ji mengelus-elus kudanya dengan hangat."Volpony... Kau tau betapa aku merindukanmu? Presiden Yang memang sedikit pelit, tapi dia tidaklah buruk, dan saudaramu ini akan selalu bersamamu, jangan kawatir ya.." ucapnya pada kuda itu.
"Hey.. How are you?" Seseorang menghampiri Da Ji dan berbicara dalam bahasa inggris.
"Hi..." Da Ji balik membalas.
"Good to see you (senang melihatmu)"
"Yeah..."
"I think he likes you already" (Aku pikir dia telah menyukaimu) Orang itu berkata pada Da Ji. "Please take care of him, i know you will do a great job" (Tolong jaga dia, aku tahu kau akan melakukannya dengan baik). Percakapan mereka terhenti saat seseorang memanggil. Yaps, orang yang sama dengan orang yang memberikan topi padanya. "Silakan lanjutkan kencanmu dengan Volpony," Ujar orang yang bernama David itu.
"Wait.. Apakah ia berasal dari korea juga?" tanya Da Ji pada orang itu.
"Tidak, ia berasal dari amerika." jawab David "Kenapa?" tanya David lagi.
"Ah tidak.. aku hanya penasaran." jawab Da Ji.
Sementara David dan Edward bercakap, Da Ji berceloteh pada kudanya dalam bahasa korea. "Edward? nama yang cocok dengam orangnya, Edward memberikan saudari mu topi ini." Edward tersenyum mendengarkan celotehan Da Ji, tetapi Da Ji tidak menyadari dan terus melanjutkan: "Padahal waktu itu disana sangat banyak wanita cantik, Kakak mu ini pasti sangat mempesona." Katanya pada kuda Valpony itu. Diseberang sana, Dong Joo sedang berjalan kearahnya dan mendengar ucapan Da Ji. "Tetapi laki-laki itu sepertimu, benar-benar tampan, Kau dan juga Ahjussi itu benar-benar sempurna... Ahh.. sudah lama sekali hatiku tidak gelisah seperti ini." ujarnya. Dong Joo yang mendengar ucapan Da Ji menjadi geli sendiri. Tidak berhenti sampai disitu, Da Ji malah bernyanyi-nyanyi kecil dengan gaya norak. Edward tidak dapat menahan gelinya lagi. "Chukkaeyo (selamat..)" Edward menghampiri Da Ji.
"Kuda ini adalah harta david yang sangat berharga, aku pikir ia tidak akan menjualnya. Volponi adalah kuda yang baik" ujar Edward dalam bahasa korea.
"Kau orang korea?" Da Ji bertanya dengan gugup.
"Orang tuaku." Jawab Edward tersenyum. Da Ji benar-benar kikuk karena malu, karena pastinya edward mendengar dan mengerti semua ucapannya dengan baik tadi, bukan?^^
"Topi itu cocok untukmu." kata Edward
"Ehh..? Terima kasih untuk topi ini, aku juga sangat menyukainya" ucap Da Ji malu-malu.
"See you later.." Edward berkata lalu meninggalkan Da Ji. Da Ji menatap kepergian Edward dari belakang,
"See you later? Kapan?" Kejutan lain menantinya. Dong Joo berdiri tepat diarah kepergian Edward. "Dong Joo..." Melihat Dong Joo melangkah pergi, Da Ji menyusulnya.
"Dong Joo Ah..." Da Ji memanggil, Dong Joo berbalik, dan menatap Da Ji dengan pandangan dingin.
"Ah.. ini kau.., Apakah kau tidak melihat aku memanggilmu dikandang kuda sebelah sana?" ujar Da Ji ramah.
"Aku lihat" jawab Dong Joo dingin.
"Ah.. kalau kau lihat, kenapa kau berjalan begitu saja?"
"Kalau aku tidak pergi?"
"Kita tidak bertemu untuk waktu yang lama, setidaknya kita harus menyapa."
"Kita tidak dalam hubungan apapun, jadi kita tidak perlu saling menyapa." Dong Joo memotong ucapan Da Ji. Da Ji sedikit kikuk, namun ia tetap tersenyum. "Sudah 6 tahun." ucapnya.
"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Dong Joo sinis.
"Ohh.. Selama itu, apa saja yang kau lakukan?"
"Bagiku, Seperti apa keadaanmu 6 tahun belakangan ini, aku sama sekali tidak penasaran." Dong Joo beranjak pergi. Da Ji terkesima mendengar perkataan Dong Jo.
Acara penawaran kuda dimulai. Tempat itu dipenuhi orang-orang yang melakukan penawaran kuda. Karena kehabisan tempat, Da Ji memutuskan duduk dikursi sebelah Dong Joo walaupun Dong Joo terkesan cuek padanya.
"Aku senang, Dong Joo, aku tidak yakin apa yang kau pikirkan, tetapi aku sangat senang bertemu denganmu disini. Telah lama aku ingin bertemu denganmu." Da Ji mencoba membuka percakapan. Dong Joo tetap sama. Cuek bebek.. (wekekekeke...)
"Kau. Bagaimana bisa kau menghiraukan seseorang yang sedang berbicara..." Ucapan Da Ji terhenti melihat poster kuda di majalah yang ada diatas meja Dong Jo. "Kau kesini untuk membeli kuda ini?" tanya nya kaget.
Dong Joo mengalihkan pandangannya kearah Da Ji dengan malas. "Benar." jawabnya singkat. Da Ji benar-benar kaget.
Penawaran kuda volpony pun dimulai. Da Ji sibuk mengkalkulasikan harga yang dicapai dengan kalkulatornya. "19.440.000 won? Tidak bisa lebih lagi." ujarnya cemas. Dia melirik Dong Joo, Dong Joo malah membuka penawaran itu dengan harga $19.000. (hahaha.. kapok....)
"Tambahkan $500" Da Ji mengangkat tangannya.
"30.000 US Dollar" Dong Joo tidak mau kalah.
"31.000 US Dollar" kata Da Ji.
"60.000 US Dollar" Dong Joo lansung menaikkan harga penawarannya.
Da Ji membelalakkan matanya. Ia benar-benar cemas. "61.000 US Dollar" Da Ji mengangkat tangannya ragu-ragu. Dong Joo menatap mantan istrinya itu dengan kesal, dan ia berlalu meninggalkan tempat itu. Akhirnya penawaran kuda valpony dimenangkan oleh Da Ji. Da Ji terlompat girang, tapi tidak lama ia sibuk dengan kalkulatornya, "65.000 US Dollar?" Da Ji terbelalak kaget. Seketika juga badannya menjadi lemas.
Ragu-ragu Da Ji memencet bel, belum kesampaian niatnya, seorang pelayan hotel keluar dari kamar itu. Ia menyelinap masuk. Da Ji mengendap-endap di kamar itu. Suasana kamar itu berantakan, pakaian dimana-mana. Tidak sengaja Da Ji menginjak kemeja yang tergeletak dilantai, buru-buru ia mengambil kemeja itu, "Hm... masih menggunakan parfum yang sama." gumam nya. Da Ji membungkuk memunguti pakaian-pakaian yang berserakan, sementara dari arah kamar mandi Dong Joo keluar sambil membilasi kepalanya dengan handuk. Ia tidak menyadari keberadaan Da Ji, hingga ia berjalan dan.. "Oppz...
"AAaAaaAAaaa...." Keduanya berteriak kaget. Ternyata Dong Joo tidak memakai sehelai benangpun. Dengan panik Dong Joo melompati sofa dan bersembunyi sambil mengenakan pakaiannya. "Heyy.. apa yang kau lakukan disini?" teriak nya marah. (Scene ini benar-benar lucu, Saat Dong Joo melompati sofa, bagian ekstrim nya itu ditutupi dengan gambar hati berwarna pink, mengingatkan aku pada scene di YAB, saat gominam dikamar mandi laki-laki, bagian-bagian ekstrim dari para pria itu ditutup dengan gambar awan yang lucu. wkwkwkwkwk)
"Itu...." Da Ji gugup dan juga malu. ia melanjutkan,"Karena kuda Volpony, aku perlu 60.000 dollar untuk membelinya, dan karena kau ingin membelinya, aku ingin menjualnya...."
"Aku tidak mau." potong Dong Joo dingin.
"Karena aku hanya punya 1000 Dollar, sebenarnya aku ingin menggunakan 20.000 dollar untuk membelinya. Tetapi jika mengetahui harga nya menjadi 60.000 dollar, pemilik kuda itu tidak akan menjualnya, jika aku tidak membelinya, aku harus membatalkan transaksinya, hukuman nya adalah 5.000.000 won, aku tidak punya uang maka aku akan membeli kuda lain saja"
"Aku tidak berminat untuk membelinya. Kau keluar saja."
"Bukankah kau ingin membeli kuda itu? Aku merasa cemas karena situasi itu tadi"
"Aku tidak pelu melakukan apapun untuk keadaanmu."
"Baiklah." Da Ji berkata lemas.
"Kau muncul tiba-tiba dan memintaku untuk menerimanya?" tanya Dong Joo
"Kenapa kau selalu marah-marah? Sudah 6 tahun sejak terakhir aku melihatmu, apakah kau tidak senang?" ucap Da Ji kesal.
"Aku tidak senang, aku tidak suka itu, jadi tolong pergi.." bentak Dong Joo
Da Ji terdiam, bel kamar Dong Joo berbunyi dan Dong Joo membukanya. Seorang wanita wanita cantik menanti diseberang pintu dan lansung memeluk Dong Joo begitu pintu terbuka. Melihat Da Ji, ia bertanya pada Dong Joo, "Dia siapa?"
"Oh.. Itu..." Dong Joo kebingungan menjelaskan. Da Ji cepat-cepat membantu, "Aku disini karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padanya, Maaf." Da Ji cepat-cepat berlalu. Ia berjalan kearah lift, dari pantulan kaca lift tatapan kosongnya jelas terlihat.
Da Ji berakhir disebuah bar, Edward telah duduk disampingnya sebelum ia datang namun tidak disadarinya. Dasar Da Ji, ia berceloteh apapun yang ia suka tanpa memperhatikan sekitar. Edward tersenyum lebar melihat tingkahnya. Bir datang, ia segera menuangkannya kegelas minumnya. Tapi terlalu banyak dan bir itu melimpah. Dengan panik Da Ji justru meminum bir yang tertumpah terlebih dahulu dengan pipet. Tidak pelak lagi Edward tertawa melihat tingkah konyol itu dan Da Ji menoleh, Pipet minum Da Ji terjatuh tanpa sadar. Da Ji menelan ludah karena malu. (Hahahaha.. konyol konyol...)
Edward menawari Da Ji makanan, mungkin karena lapar, ia menghabiskan makanan itu nyaris tanpa sisa. Edward tersenyum geli melihat ini. "Ahjussi, kau membeli kuda?" Da Ji membuka percakapan.
"Ya.." jawab edward sambil tersenyum.
"Berapa banyak?"
"Hmm.. 13 ekor."
"Whoaaa... banyak sekali, apa kau membuka peternakan?"
"Tidak, lebih mengarah ke operasi peternakan"
"Tidak heran, aku tahu kau ahli saat pertama melihatmu." Da Ji tersenyum lebar.
Dong Joo sedang berbicara ditelepon, orang ditelepon itu komplain dengan harga lelang kuda yang seharus nya hanya bisa dibeli 20.000 Dollar tetapi malah menjadi 60.000 Dollar. Dong Joo mengatakan ia membutuhkan kuda itu dan meminta orang yang ditelpon mengatur ulang harga jualnya. "Dong Joo ah.." Seorang wanita menghampiri Dong Joo, wanita yang sama dengan yang bertemu Da Ji di hotel.
Siapa wanita ini? Ada hubungan apa ia dengan Dong Joo? Temukan jawabannya di Sinopsis Drama Korea: Paradise Ranch Episode 1 Part 2
0 komentar:
Posting Komentar