Moo Kyul dan Mae Ri akhirnya saling mengakui perasaan mereka masing-masing. Moo Kyul mencintai Mae Ri dan tentu saja sebaliknya. Masalah utamanya adalah hubungan Mae Ri dengan Jung In. Karena sebentar lagi mereka akan benar-benar bertunangan.
Handphone Mae Ri berdering, ia mendapat telepon dari Jung In. Mae Ri ragu untuk mengangkat telepon itu.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Mae Ri pada Moo Kyul .
"Angkatlah." jawab Moo Kyul .
Mae Ri masih tampak ragu untuk mengangkat telepon itu.
"Apa kau ingin aku yang berbicara langsung dengannya?" tanya Moo Kyul.
"Tidak, tidak usah. Aku akan mengangkatnya." ucap Mae Ri.
"Ya, direktur? Dimana kau sekarang? Apa? Sekarang kau sedang berada di depan tempat tinggal Moo Kyul?" kata Mae Ri saat berbicara dengan Jung In.
Seo Joon yang terkejut setelah mengetahui bahwa Mae Ri adalah tunangan Jung In, ia berkata pada Jung In, "Jadi, Wi Mae Ri adalah tunanganmu?"
"Aku berencana untuk mengatakannya setelah upacara resmi pertunangan kami." ucap Jung In.
"Direktur, kau sama saja dengan mereka." Seo Joon benar-benar tidak habis pikir, bahwa semua orang yang ada di sekitarnya selalu menyembunyikan hal yang seharusnya diketahui oleh Seo Joon. "Kenapa kalian tidak mengatakan semuanya?"
"Ada banyak alasan kenapa aku tidak dapat menjelaskan semuanya." jawab Jung In datar.
"Kenapa kalian selalu memiliki banyak alasan untuk berbohong padaku?" kata Seo Joon. Seo Joon melihat ke arah tikungan gang, Mae Ri dan Moo Kyul berjalan seraya bergandengan tangan.
"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Seo Joon, ia melihat Mu Gyul menggenggam erat tangan Mae Ri. "Borgol?"
Teman-teman Moo Kyul datang menghampiri Moo Kyul seraya membawa kunci borgol.
"Moo Kyul , maafkan aku. Kau sudah menunggu lama.." ucap mereka.
Jung In sama terkejutnya dengan Seo Joon saat melihat Mu Gyul dan Mae Ri, tapi karena Jung In bukan tipe orang yang mudah buat menunjukkan apa yang dia rasakan jadi raut wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi. "Aku hanya ingin tahu, kalian pikir apa yang kalian lakukan sekarang?" tanya Jung in.
"Buka kunci ini dulu." ucap Moo Kyul pada teman-temannnya.
Jung in mengambil paksa kunci itu lalu membuka borgol tangan Mae Ri.
"Kita hampir telat, ayo." Jung in menggenggam tangan Mae Ri.
Mae Ri berkata, "Tidak. Aku tidak akan melakukan hal itu." ucap Mae Ri.
Jung In tidak mempedulikan ucapan Mae Ri, ia terus berjalan dengan masih menggenggam tangan Mae Ri.
"Direktur." panggil Mae Ri.
"Bukankah dia sudah katakan kalau dia tidak akan pergi?!" ucap Moo Kyul seraya menahan tangan Mae Ri.
Moo Kyul dan Mae Ri mengungkapkan perasaan di antara keduanya pada Jung In.
Mae Ri berkata dengan gugup, "Aku.. Aku tidak akan pergi ke upacara pertunangan itu. Aku tidak bisa bertunangan denganmu, Direktur."
Moo Kyul menggenggam lembut tangan Mae Ri, ia berusaha untuk menguatkan Mae Ri dan genggaman tangan itu seolah-olah sebuah isyarat kalau Moo Kyul akan tetap bersamanya.
"Maafkan aku direktur.. tapi.. Aku memang tidak ingin membohongi diriku sendiri. Aku hanya ingin jujur tentang apa yang aku rasakan. Disamping itu, aku juga tidak bisa bertunangan denganmu."
"Upacara pertunangan akan segera dimulai, kau..." kata-kata Jung In terputus.
"Aku tau, ini hal yang sangat tiba-tiba.. Tapi... Aku.. " Mae Ri pun tidak bisa berkata apa-apa.
"Mae Ri, jika seperti itu perasaanmu, aku akan segera membatalkan pertunangan itu." ucap Jung in. "Tapi, ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepada kalian. Apa yang kalian rencanakan mulai dari sekarang dan seterusnya?"
"Itu urusan kami, jadi kau tidak perlu ikut campur." jawab Moo Kyul .
"Tidak, tidak sama sekali. Wi Mae Ri adalah istri syahku dalam hukum. Hanya ada satu jalan agar orang tua kita tidak mengetahui tentang hal ini. Tentang hubungan kalian, dan tentang perjanjianku. Kita hanya perlu melanjutkan 100 hari ketetapan itu. Mae Ri, Ayahmu sangat penting dalam kehidupanmu. Sepenting itu pula pekerjaanku dalam hidupku. Hanya tinggal tersisa satu bulan, aku akan mencoba mempercepat proses pembuatan drama, tapi sampai drama selesai dibuat, bukan berarti ketetapan itu selesai, tapi masih harus berlanjut juga." ujar Jung In.
"Direktur..." kata Mae Ri.
"Wi Mae Ri. Kau pernah mengatakan padaku, yang mana yang lebih penting, impian, cinta atau kesetiaan? Sekarang saatnya bagimu untuk menunjukkan kesetiaanmu." jawab Jung In.
Moo Kyul tidak berkata apa-apa, ia terus memperhatikan Mae Ri.
Di tempat upacara pertunangan, Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In gelisah menunggu kedatangan Mae Ri dan Jung In yang tak kunjung datang.
Ayah Mae Ri mencoba menelpon mereka, "Ah, mereka tidak menjawab teleponnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka kecelakaan, atau mereka mendapat masalah saat menuju kemari?"
"Kita tunggu sebentar lagi." jawab Ayah Jung In yang sedari tadi gelisah.
Jung In sampai di tempat upacara pernikahan,
Ayah Mae Ri segera menghampiri Jung in, "Oh, Menantu Jung! Ah, kenapa kau datang sendirian? Di mana Mae Ri?"
Ayah Jung In berjalan menghampiri Jung In.
"Kami sudah memutuskan untuk menunda upacar pertunangan ini." ucap Jung In tanpa ragu.
"Apa?!" Ayah Jung in dan Ayah Mae Ri saling terkejut.
"Apa kau pikir upacara pertunangan ini sebuah permainan?! Apa kau pikir, karena kau berkata ingin menunda upacara pernikahan ini, jadi kita harus menundanya, begitu?!" Ayah Jung In sangat marah mendengar pembatalan upacara pertunangan Jung In dan Mae Ri.
Ayah Jung In memegang dadanya, ia kesakitan, perkataan Jung In barusan, sangat mengganggu kesehatannya.
"Menantu Jung In, apa ada hal pada Mae Ri yang membuat tidak suka padanya?" tanya Ayah Mae Ri.
"Bukan begitu.." ucap Jung In. "Selama di makam ibunya, ia menangis terus menerus dan perasaannya sangat lemah saat ini." Jung In berbohong, ia membuat kebohongan untuk melindungi Mae Ri. "Itulah kenapa aku memutuskan untuk menunda upacara pertunangan ini."
"Bagaimana bisa, anak itu menangis di hari yang berbahagia seperti ini." ucap Ayah Mae Ri. Ayah mae Ri segera pergi dari tempat upacara pertunangan untuk segera menemui Mae Ri.
"Anak bodoh." ucap Ayah Jung In. Ayah Jung In kembali merasa kesakitan dibagian dadanya.
"Ayah." Jung In menopang ayahnya agar tidak terjatuh.
Mae Ri tengah termenung di kamarnya, Ayah Mae Ri langsung masuk ke dalam kamar Mae Ri. "Yah, Wi Mae Ri.. Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiranmu?! Apa kau pikir upacara pertunangan itu adalah sebuah permainan?" tanya Ayah Mae Ri kesal. Ia berdiri tepat dihadapan Mae Ri seraya menolak pinggang.
Mae Ri membenarkan duduk, ia melipat kedua kakinya. "Maafkan aku ayah.. Aku hanya tidak ingin menikah tanpa didasari dengan rasa cinta."
"Ceritakan padaku yang sebenarnya." tanya Ayah mae Ri. Ia duduk didepan Mae Ri. "Apa pria bodoh itu yang membuatmu berubah pikiran untuk tidak menghadiri upacara pertuangan itu?"
"Ayah, kau salah paham mengenai Moo Kyul . Moo Kyul tidak seperti yang kau pikirkan ayah." ucap Mae Ri meyakinkan.
"Mae Ri.. Mana ada pria bodoh yang tidak bertanggung jawab mengakui kalau dirinya itu bodoh dan tidak bertanggung jawa?!" ungkap Ayah Mae Ri.
"Ayah.."
"Mae Ri Yah, kau tahu dengan benar kalau Ibumu meninggal di usia muda.. Semua itu karena dia bertemu dengan menikah dengan pria bodoh sepertiku." ujar Ayah Mae Ri ia menggenggam erat kedua tangan Mae Ri. "Mae Ri, bagaimana bisa kau tidak mengerti apa yang ayahmu rasakan ini? Aku merasa menyesal setiap saat karena tidak bisa memberikan ibumu kehidupan yang layak. Itulah kenapa aku sangat berharap agar kau menikah dengan pria yang dapat menjagamu dengan sepenuh hatinya dan dapat memberikan kehidupan yang nyaman untukmu. Tapi, kenapa kau tidak juga mendengar perkataan ayahmu ini?"
Handphone Mae Ri berdering, ia mendapat telepon dari Mu Gyul. Saat Mae Ri mencoba mengangkatnya, karena ayah mae Ri tahu bahwa yang menelpon adalah Mu Gyul, Ayah Mae Ri segera merebut paksa handphone itu. Ayah Mae Ri berkata dengan nada tinggi, "Hallo?! Dengar aku tidak mengizinkanmu untuk pergi bersama Mae Ri lagi, bodoh! kau lebih baik jangan berpikir untuk dapat menemui Mae Ri lagi atau jangan coba-coba untuk menghubunginya. Mengerti?!" Ayah Mae Ri langsung menutup telepon dari Mu Gyul.
Ayah Mae Ri berkata pada Mae Ri, "Kau tidak diizinkan untuk menghubuni pria itu lagi dan kau tidak boleh keluar rumah. Mengerti?!" Ayah Mae Ri merampas handphone Mae Ri dan menyitanya.. hehe.
Ayah Jung In terbaring sakit, beberapa dokter sudah memeriksanya. Dokter menyarankan agar Ayah Jung In tetap dalam keadaan tenang. Setelah memeriksa Ayah Jung In, dokter dan beberapa perawat meninggalkan Jung In dan Ayahnya berdua.
"Hentikan untuk membuang-buang waktumu. Sekarang saatnya kau mengakhiri semuanya. Menyerahlah untuk tidak lagi mengurusi dramamu itu." ucap Ayah Jung In.
"Tidak, ayah. Aku akan tetap menjalankan drama itu dan aku juga akan tetap menikah dengan Mae Ri. Saat itu aku menyetujui menikah dengan Mae Ri, karena kau yang memaksaku. Tapi untuk saat ini, aku akan serius dalam tahap pernikahanku dengan Mae Ri." ucap Jung in.
"Apa maksudmu?" tanya Ayah Jung in.
"Aku ingin, Wi Mae Ri.. menjadi istriku. Aku benar-benar ingin menikah dengannya sekarang." jawab Jung In dengan pasti.
Jung In pulang ke rumah dengan perasaan hampa, ia memikirkan tentang hubungan Mu Gyul dan Mae Ri. Begitu juga Seo Jun, ia duduk termenung, memikirkan tentang Mu Gyul.
Mu Gyul melipat-lipat kertas untuk membuat pesawat kertas. Pesawat kertas yang mengingatkannya pada masa kecilnya dulu, saat ia merindukan ibunya, Mu Gyul selalu pergi menemui Ibunya. Ia menemui ibunya tanpa berani masuk ke dalam rumah ibunya, karena saat itu ibunya selalu bersama pria yang berbeda. Mu Gyul kecil hanya bisa berharap kalau ibunya akan datang padanya, Mu Gyul kecil membuat banyak pesawat kertas saat ia merindukan ibunya. Ia membawa semua pesawat kertasnya ke tempat tinggal ibunya, lalu melemparkan pesawat terbang itu tepat ke arah jendela kamar ibunya. Tapi, malangnya nasib Mu Gyul kecil, ibunya hanya peduli dengan pria yang sedang ia kencani.
Mu Gyul sedih saat kembali mengenang saat-saat itu.
Mae Ri termenung sendiri di kamarnya, ia tengah memikirkan banyak hal. Tentang hubungannya dengan Mu Gyul dan mengenai hubungannya dengan Jung In yang semakin rumit. Mae Ri menyayangi Mu Gyul, tapi disisi lain ia juga harus menjaga perasaan ayahnya sendiri yang sangat mengharapkan Mae Ri menikah dengan Jung In.
Saat Mae Ri tengah merenung, Mae Ri mendengar suara-suara benda yang dilemparkan ke arahnya. Mae Ri penasaran dengan suara itu jadi ia menghampiri sumber suara. Mae Ri berjalan ke arah jendela kamarnya, ia membuka jendela. Mae Ri tersenyum senang ternyata Mu Gyul sedang menunggunya di luar. Mu Gyul melempar-lemparkan pesawat kertas buatannya ke arah jendela Mae Ri, sebuah isyarat agar Mae Ri segera keluar.
"Mu Gyul Ah.." panggil Mae Ri dengan amat pelan. Mae Ri melambai-lambaikan tangannya.
Mu Gyul membalas lambaian tangannya.
Mae Ri takut kalau ayahnya nanti bangun jadi ia berkata berbisik malah hampir tanpa suara, ia berkata seraya mempergakan ucapannya, "Aku sudah tidak memiliki ponsel lagi, ayahku mengambilnya."
Mae Ri memberikan isyarat seraya berbisik lagi, "Ayaku tidur diluar, di depan pintu kamarku."
Mu Gyul mengangguk seraya tersenyum mengerti.
Mu Gyul memberikan isyarat 'ok' dengan tangannya.
"Apa kau tidak kedinginan?"
Mu Gyul memberi isyarat lagi, kalau ia tidak apa-apa.
"I missed you." ucap Mae Ri.
"Mee too." jawab Mu Gyul.
Mae Ri mengendap-endap untuk bisa keluar bersama Mu Gyul. Ia melihat Ayahnya tidur di depan kamar. Mae Ri merasa bersalah kalau meninggalkan ayahnya begitu saja. Mae Ri melihat ayahnya kedinginan, kemudian Mae Ri membawa bantal dan selimut untuk ayahnya.
"Maafkan aku, ayah" ucap Mae Ri seraya memakaikan bantal di kepala ayahnya dan menyelimutinya. "Aku akan segera kembali, okay?" ucap Mae Ri. Mae Ri mengecup pipi ayahnya, lalu pergi.
Mu Gyul dan Mae Ri mengunjungi jembatan Han River, ini adalah keinginan Mae Ri. Ia ingin sekali pergi ke jembatan Han River kalau ia sudah punya kekasih. Kenapa harus ke Han River? Karena mereka bisa melihat bulan dengan sangat jelas.
"Ahh.. Akhirnya, terselesaikan!!" teriak Mae Ri di pinggir jembatan Han River.
Mu Gyul menatap Mae Ri, "Kenapa kau berkata itu?" tanya Mu Gyul.
"Karena akhirnya, aku jatuh cinta padamu." ungkap Mae Ri seraya mendekap lengan Mu Gyul erat.
"AAhhh.. Akhirnya, terselesaikan!" Mu Gyul mengikuti apa yang diteriakkan Mu Gyul.
Mereka berdua tertawa bersama.
"Ahh.. Dingin sekali.. Kenapa kau tiba-tiba ingin pergi ke jembatan Han River ini?" tanya Mu Gyul.
"Aku selalu berjanji pada diriku sendiri, kalau akan datang ke jembatan Han River ini bersama kekasihku." ungkap Mae Ri "Dari sini bulan terlihat sangat cantik."
"Oh, benar. Sebentar lagi bulan musim semi akan segera memenuhi langit." ucap Mu Gyul.
"Dan apa yang akan terjadi pada kita kalau perasaan kita berubah seperti berubahnya bulan itu." ucap Mae Ri.
"Jangan Khawatir. Aku akan melakukan yang terbaik sekarang." Mu Gyul berjanji.
"Benarkah?" tanya Mae Ri.
"Ayah, Ahjusshi, Direktur Jung In dan Seo Jun juga. Kita akan menyakiti banyak orang di awal hubungan kita. Tapi, hal itu tidak akan terjadi kalau kita melakukan yang terbaik." Mae RI tersenyum. "Aku ingin pergi ke pantai."
"Kita bisa kesana." ucap Mu Gyul.
"Sekarang?" tanya Mae Ri.
Mu Gyul mengangguk.
"Go..Go?" teriak Mu Gyul.
"Go.. Go." ucap Mae Ri.
Mereka benar-benar akan pergi ke pantai untuk melihat matahari terbit.
"Ada berapa orang di jaman seperti ini yang tidak menggunakan sistem GPS?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul yang sedang mengemudi.
"Ayoo.. Kita lihat.. Pantai mana yang terdekat.." Mae Ri membuka peta. "Luruss.." ucap Mae Ri.
"Aku tahu.. Aku bahkan tidak harus melihat peta untuk mengetahui arah jalan." jawab Mu Gyul.
"Aku tahu.." Mae Ri merasa senang sekali. "Ahh.. Aku sangat menantikan, saat-saat seperti ini. Sudah lama sekali aku tidak melihat matahari terbit."
"Tapi, kita harus cepat pergi dan segera kembali, karena mungkin ayahmu akan mengkhawatirkanmu." ucap Mu Gyul.
"Okey.." jawab Mae Ri.
Jung In datang ke rumah Mae RI untuk mengajak Mae Ri pergi ke taman.
Ayah Mae Ri yang tertidur di lantai terbangun karena ketukan pintu."Siapa itu?" tanya Ayah Mae Ri seraya bangkit dari tidur.
"Ini aku Jung In, ayah." jawab Jung In.
"Oh, Jung In.. Masuklah." jawab Ayah Mae Ri.
Jung In masuk ke dalam rumah Mae Ri, Ayah Mae Ri menyambutnya dengan senang. "Ada apa yang membawamu ke sini? Apakah sesuatu telah terjadi?" tanya Ayah mae Ri. "Ah, liat dirimu, betapa kurusnya badanmu. Apa semalam kau bisa tidur dengan baik?"
Jung In hanya tesenyum. "Aku ingin mengajak Mae Ri ke taman."
"Benarkah? Baiklah. Ajaklah dia bersenang-senang. Mae Ri sangat membutuhkan perasaan yang baru." Ayah Mae Ri meliha ke arah kamar Mae Ri.
Ia tidak mendapati Mae Ri di dalam kamar, Ayah Mae Ri panik, "Mae Ri sudah pergi?! Mae Ri pergi, Jung In."
Mae Ri dan Mu Gyul belum juga sampai ke pantai. Mereka salah jalan.. haha..
"Padahal kita tidak jauh dari laut, tapi kenapa belum sampai. Ahh.. bagaimana ini?" Mae Ri mengeluh.
"Yah.. Ini aneh sekali." Mu Gyul melihat ke sekeliling. "Kita hampir sampai ke laut, jadi bagaimana bisa kita melewatkan sunrise?"
"Kau benar.." Mae Ri melihat kembali petanya.
Mu Gyul dan Mae Ri mengetahui kenapa mereka bisa sampai melewatkan matahari terbit.
"Oh, pantai barat!" ucap Mereka berdua.
"Ah, bagaimana bisa, kita mau melihat matahari terbit tapi kita malah pergi ke pantai barat?" ucap Mae Ri.
"Ah, lupakanlah! Aku hanya berpikir untuk pergi ke pantai terdekat dengan waktu sempit ini.." jawab Mu Gyul.
"Ahh.. Kenapa bisa begini.." Mae Ri kembali mengeluh.
Mae Ri dan Mu Gyul saling menyalahkan..
"Ah,, semua ini gara-gara kau.." ucap Mae Ri.
"Hei, aku hanya mengemudi. Siapa yang idiot yang menyuruhku untuk terus berjalan lurus?" jawab MU Gyul.
"Ah, yaah.. Aku hanya memberitahu jalan, kau seharusnya yang memutuskan benar atau salah, kan kau yang mengemudi." Mae Ri tak mau kalah.
"Aku mungkin salah mengemudi, tapi setidaknya kau yang mengingatkanku." Mu Gyul juga tidak mau disalahkan.
"Kita kembali lagi saja." Mae Ri mengeluh. "Aku pasti hanya akan dimarahi ayahku saja tanpa mendapatkan apapun."
"Kau benar-benar ingin kembali setelah kita berkendara sejauh ini?" tanya Mu Gyul.
"Aku hanya takut ayahku mencariku dan mengkhawatirkanku." ucap Mae Ri.
"Ah.. Baiklah.. Ayo kita kembali saja." Mu Gyul memutar arah.. Tapi, saat memutar arah tersebut, mobil Mu Gyul mogok.
"Apa? Apa mobilnya mogok?" ucap Mae Ri.
"Ahh.. Aku belum mengemudikan mobil ini sebelumnya, bagaimana bisa mobil mogok atau rusak." ucap Mu Gyul seraya turun dari mobil.
Di rumah Mae Ri, ayah Mae Ri panik karena Mae Ri pergi tanpa sepengetahuannya. Ayah Mae Ri mencoba menelpon Mae Ri, tapi handphonenya malah ada di sakunya sendiri.
Mae Ri menelpon temannya. Mae Ri meminta temannya untuk membuat suatu alasan pada Ayah Mae Ri.
"Oh So ra yah. Aku dan MU Gyul sedang dalam perjalanan untuk melihat sunset, tapi ada sedikit masalah di sini. Jadi, aku sangat memerlukan bantuanmu, untuk berbicara dengan ayahku." ucap Mae Ri. "Terimakasih, So Ra."
Mu Gyul menghampiri mae Ri, mobilnya sedang di perbaiki.
"Yah, sampai kapan kau akan terus mendengarkan ayahmu?" ucap Mu Gyul. Mu Gyul sedikit terganggu dengan sikap penurut Mae Ri pada ayahnya.
"Apa maksudmu?" tanya mae Ri.
"Kita sedang berkencan sekarang, jadi kenapa kita perlu persetujuan ayahmu?" jawab Mu Gyul.
"Kau masih bisa bicara seperti itu bahkan setelah kau menemui ayahku?" Mae Ri kesal.
"Yah, lagipula dia juga tidak akan menerima hubungan kita." jawab Mu Gyul.
"Lalu.. Apa kau tidak akan pergi untuk menemui ayahku untuk membicarakan hubungan kita?" tanya mae Ri.
"Ahh.. Ayahmu sudah terlalu tua dan sangat keras kepala." ujar Mu Gyul.
Mae Ri tidak rela ayahnya dikatakan seperti itu,"Yah, ibumu lebih dari ayahku, ibumu selalu saja meminta uang tiba-tiba padamu."
"Apa?" Mu Gyul mencoba untuk tidak marah. "Ahh.. lupakan saja.."
"Kau duluan yang memulai dengan mengejek ayahku." jawab mae Ri.
Handphone Mu Gyul berdering, ia mendapat telepon dari Jung In.
"Siapa?" tanya Mu Gyul pada Mae Ri.
Mae Ri menunjukkan handphone itu. Dan Mae Ri mengangkatnya.
"Dimana kau sekarang? Bisakah kita bertemu, aku ingin berbicara sesuatu denganmu." ucap Jung In.
"Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, direktur." jawab Mae Ri.
"Kalau Mu Gyul ada didekatmu sekarang, aku tidak masalah kalau kita bertiga langsung bertemu." ujar Jung In.
Mu Gyul langsung merebut handphone dari Mae Ri. "Jangan pernah menghubunginya lagi." ucap Mu Gyul.
Jung In mendapat telepon dari Seo jun.
"Apa kau bisa tidur nyenyak semalam?" tanya Jung In.
"Tidak, aku tidak bisa tidur sama sekali. Dimana kau sekarang? Aku sangat bosan di sini. Bisakah kita bertemu?" ujar Seo Jun.
Jung In dan Seo Jun pergi ke toko buku bersama.
Selagi menunggu mobil Mu Gyul yang diperbaiki, Mae Ri dan Mu Gyul tertidur. Engga berapa lama kemudian, mobil mereka sudah selesai diperbaiki,
"Tuan, mobil anda sudah siap."
Mae Ri dan Mu Gyul terbangun. "Iya." jawab Mu Gyul.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul.
"Ia. Bagaimana denganmu?" jawab Mu Gyul.
"Aku baik-baik saja." jawab Mae Ri..
"Maafkan aku." ucap Mae Ri..
"Untuk apa?" tanya Mu Gyul..
"Aku terlalu sensitive tadi." jawab Mae Ri.
"AKu juga begitu.. Maafkan aku." ucap Mu Gyul.
Mae Ri tersenyum. "Mungkin karena kita berdua kelelahan dan kita tidak tidur semalaman."
Mu Gyul mengangguk seraya menguap.
"Benar.. Tapi sepertinya kita sudah merasa baikan sekarang, benarkan." ucap Mu Gyul. "Ahh.. Buruk sekali bagiku, karena setelah ini aku akan sulit untuk bertemu denganmu lagi., karena mungkin kau tidak akan diperbolehkan untuk pergi keluar."
"Aku khawatir tentang hal itu." jawab Mae Ri.
"Kenapa kita tidak membicarakan hal itu, selagi kita menghirup udara segar?" tanya Mu Gyul.
"Benarkah?" Mae Ri berdiri seraya melihat peta, ia menunjuk daerah yang bagus untuk dijadikan tujuan mereka selanjutnya.
"Kemana kita harus pergi." ucap Mu Gyul. Mu Gyul mengambil handphonenya dan ia meminta bantuan teman-temannya untuk menunjukkan tempat yang bagus.
"Hyung.. Ini aku, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.Dimana tempat saat kita pentas di festival rock tahun kemarin?" tanya Mu Gyul.
Ayah Mae Ri sedang mengintrogasi kedua sahabat Mae Ri. Mereka sedang dalam perjalanan untuk mencari Mae Ri, mereka menggunakan mobil dan pengawal Ayah Jung In.
"Jadi, mereka pergi ke pantai untuk melihat sunset? Begitu?" tanya Ayah Mae Ri.
"Ya, benar paman." jawab kedua sahabat Mae Ri dengan terbata-bata. "Tapi ada lebih dari satu pantai di bagian timur, bagaimana kita bisa mencari Mae Ri?"
"Jadi, apa yang harus lakukan? Apa aku harus berdiam diri di rumah menunggu kedatangan Mae Ri, sedangkan Mae Ri sedang bersama pria itu, begitu?" Ayah mae Ri kesal. "Lagi pula, semua ini juga kesalahan kalian. Kalian yang menyuruh Mae Ri untuk melakukan pernikahan palsu. Jadi, lebih baik kalian juga ikut bertanggung jawab atas hal ini!"
Kedua sahabat Mae Ri bingung, juga ketakutan karena entah sampai kapan mereka akan dimarahi seperti ini oleh Ayah mae Ri.
Ayah Mae Ri mencoba menghubungi nomor Mu Gyul, tapi nomor Mu Gyul tidak aktif.
"Ahh.. ponsel pria bodoh itu tidak aktif. Tapi, bagaimanapun juga, aku harus menemukan mereka. Aku harus menemukan pria itu bagaimanapun caranya. Apa kalian jelas?" ucap Ayah Mae Ri pada supir dan pengawal Jung In. "Ya." jawab mereka.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya teman Mae Ri. "Paman, lebih baik kita menelpon teman seband Mu Gyul, untuk mendapatkan informasi, barangkali mereka juga tahu."
Ayah Mae Ri mengangguk sangat setuju.
Mu Gyul dan Mae Ri sampai di Nami Island. Mereka menemukan tempat yang telah diberitahukan sebelumnya oleh teman-teman Mu Gyul.
"Wow.. Kita menemukannya.." ujar Mae Ri seraya tersenyum senang, ia menunjuk ke sebuah rumah kecil, sebuah penginapan kecil. "Ah, akhirnya kita menemukan tempat itu. Kita benar-benar beruntung. Kita sudah sampai ke wilayah sejauh ini tanpa menggunakan GPS."
Mu Gyul hanya tersenyum mendengar ucapan Mae Ri.
Mae Ri dan Mu Gyul akhirnya sampai juga di Nami Island. Mereka singgah sejenak di sebuah penginapan kecil untuk sekedar mengistirahat badan mereka.
"Ahh.. Aku rasa, aku akan mati." ucap Mae Ri seraya mencopot sepatunya.
Mae Ri dan Mu Gyul merebahkan diri.
"Aku hanya ingin tidur seperti ini saja." ucap Mae Ri seraya menghadapkan wajahnya pada Mu Gyul.
"Kau pasti tidak pernah membayangkan ada seseorang yang membawamu pergi seperti ini." ucap Mu Gyul. Mu Gyul memberikan tangannya, agar Mae Ri bisa menjadikan tangan Mu Gyul sebagai bantal. "Ini.."
Mu Gyul terus menatap Mae Ri.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Mae Ri.
"Aku hanya merasa semua ini sangat menakjubkan. Karena ini pertama kalinya aku dan kau pergi bersama." jawab Mu Gyul. Mu Gyul mendekatkan wajahnya pada wajah mae Ri.
Mae Ri menutup mata dan berkata, "Tunggu.. " Mae Ri mengalihkan pembicaraan. Ia bangun dari tidurnya. "Wow.. Lihat, cuaca di luar sangat bagus.. Ayo kita keluar." ajak Mae Ri.
"Bagus apanya? Diluar sangat dingin dan berangin." jawab Mu Gyul. "Dingin sekali, lebih baik di sini.." ucap Mu Gyul seraya menaruh kepalanya di bahu Mae Ri.
"Lihat, ada matahari sekarang. Ayo kita lihat sunrise.. Huh?" Mae Ri menarik tangan Mu Gyul dengan paksa.. "Ayoo.."
Terpaksa Mu Gyul memenuhi permintaan Mae Ri untuk pergi keluar.
Jung In mengajak Seo Jun ke pasar tradisional.
"Tidak bisa dibayangkan ternyata kau menyukai tempat seperti ini, Direktur." ucap Seo Jun yang berjalan di belakang Jung In.
Jung In terbayang perkataan Mae Ri, saat ia pergi bersamanya ke pasar tradisional ini, saat itu Mae Ri berkata, "Datang ke tempat ini selalu membuat perasaanku menjadi lebih baik."
Seo Jun berkata lagi, "Sebenarnya aku benci tempat yang ramai seperti ini."
"Hati-hati." ucap Jung In saat melihat Seo Jun hampir tertabrak. Seo Jun melihat ke arah Jung In.
"Ini pertama kalinya, aku datang ke tempat seperti ini." ucap Seo Jun.
Jung In dan Seo Jun kembali menyusuri pasar tradisional itu.
"Saat itu juga pertama kalinya bagiku datang ke tempat seperti ini." jawab Jung In. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Jung In.
Seo Jun mengangguk.
Jung In membawa Seo Jun makan di sebuah kedai, di kedai yang sama saat ia pergi bersama Mae Ri ke pasar tradisional ini.
Jung In belum juga memakan pesanan. Seo Jun menyuruput supnya, lalu memperhatikan Jung in yang sedari tadi diam. "Direktur.." panggil Seo Jun.
"Aigoo.. Kau benar-benar sangat canti, Noona. Kau pasti sangat mudah untuk menjadi seorang artis." ujar pedagang kedai di tempat itu.
Seo Jun tertawa senang mendengarnya, "Haruskah aku ikut mencoba suatu audisi, Ahjumma"
"Ya, tentu saja. Kau benar-benar sangat cantik. Aku yakin kau akan mendapatkan yang terbaik." jawab bibi pedagang kedai. "Apa kalian berdua pasangan kekasih? Kalian tampak sangat serasi.."
Seo Jun dan Jung In saling tersenyum mendengarnya.
"Korea selatan benar-benar tempat yang sangat menyenangkan. Orang-orang tampak begitu nyaman memanggil orang asing dengan panggilan "aunty" atau "dear." Dan kemudian mereka akan menanyakan tentang status orang asing itu, apa orang asing itu sudah menikah atau belum awalnya, aku sangat tidak menyukai hal itu, tapi aku merasa nyaman sekarang. Aku rasa penyebab dari rasa frustrasi yang aku rasakan, karena aku terlalu memikirkan pendapat orang-orang mengenai driku. Tapi aku merasa sangat nyaman di sini, tidak ada seorang pun yang megenaliku." ucap Seo Jun.
"Itulah kenapa terasa nyaman." jawab Jung In.
Uaah.. Di tempat lain, Mae Ri dan Mu Gyul sedang menikmati hari indah mereka.
Setelah berjalan-jalan mengitari Nami Island, Mae Ri dan Mu Gyul membuat api unggun di dekat penginapan mereka. Mereka duduk berdekatan.
"Ahhh.. Benar-benar sangat menyenangkan bukan?" tanya Mu Gyul.
"Iah.." Mae Ri melihat kesekelilingnya, tak jauh dari tempatnya duduk, Mae Ri melihat sebuah keluarga sedang berkumpul. "Kedua orang tua itu, mereka terlihat sangat bahagia. Keluarga mereka terlihat sangat lengkap. Ayah, Ibu, dan dua orang anak."
"Dan sang ayah nantinya akan mengajak anak lelakinya ke arena spa.." goda Mu Gyul pada Mae Ri.
Mae Ri tertawa mendengarnya. "Apa kau pernah memiliki impian untuk mempunyai keluarga yang utuh seperti itu?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul.
"Aku tidak tahu. Aku tidak mau berharap banyak dengan hal itu, karena sepertinya hal itu tidak benar-benar terlihat nyata bagiku." jawab Mu Gyul.
"Aku mengerti." jawab Mae Ri, "tapi bagiku, memiliki keluarga lengkap seperti itu selalu menjadi impianku saat aku kecil. Karena aku sudah kehilangan ibuku saat kecil dan aku hanya tinggal bersama ayahku, sejak saat itu aku bermimpi untuk menjadi seorang istri yang baik dan menjadi ibu yang baik pula kelak."
"Jalan hidup kita hampir sama." ujar Mu Gyul. "Tapi, bagiku, hal itu malah sebaliknya. Aku sudah terbiasa hidup tanpa seorang ayah dan tidak juga dapat tinggal bersama ibuku sendiri.. Dengan semua itu, apa aku bisa membangun sebuah keluarga yang bahagia? Bisakah aku menjadi suami yang baik dan menjadi seorang ayah yang baik juga?"
"Itulah kenapa kau hanya berpacaran dengan mereka?" tanya Mae Ri.
"Ya.." Mu Gyul melihat ke arah Mae Ri. "Itu hal yang paling mudah. Kau bisa menjalin suatu hubungan kapanpun kau mau dan mengakhirinya kapanpun kau mau juga."
"Jadi, kau hanya menemui mereka, saat kau merasa menyukainya" ucap Mae Ri.
"Yeah.. Tapi.. Semua itu karena semua perempuan sama.. Mereka hanya baik di awalnya saja, dan seterusnya mereka hanya akan mengganggu dan mengomel." jawab Mu Gyul.
"Tenang saja.. aku tidak akan mengomel." ujar Mae Ri
"Benarkah?" tanya Mu Gyul. "Seorang kekasih yang ideal bagi seorang musisi adalah seorang kekasih yang tidak pernah mengomel"
Mae Ri tersenyum.
"Ajari aku bagaimana caranya memainkan gitar." pinta Mae Ri.
"Kau ingin belajar memainkan gitar?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri mengangguk. "Sebagai seoarang kekasih dari rocker, paling tidak aku harus tahu dasar permainan gitar."
"Okay.." jawab Mu Gyul. Ia mengambilnya gitarnya dan mulai mengajari Mae Ri tahap dasar memainkan gitar.
Di kantor Jung in.. Seo Jun juga tengah memainkan gitar, ia memetik senar gitar dengan pelan dan tidak beraturan.
"Keluargaku selalu menginginkanku untuk menikah dengan tipe pria sepertimu direktur. Tapi menurutku pernikahan seperti itu hanya akan memperbudakku." ujar Seo Jun.
"Aku mengerti." jawab Jung In.
"Dan tentu saja aku akan lebih memilih untuk mengurusi diriku sendiri." ujar Seo Jun.
"Jadi, kau tidak akan menikah sampai nanti?" tanya Jung In.
Seo Jun mengangguk perlahan. "Mu Gyul dan aku pernah membicarakan tentang hal ini, dan aku mengatakan padanya kalau kami dapat tinggal bersama meskipun kami tidak terikata dalam pernikahan. Tapi sekarang, saat aku melihat kembali,.. Ternyata aku baru menyadari kalau aku hanya memikirkan diriku sendiri saja." ucap Seo Jun, ia mengakhiri perkataannya dengan tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri.
Mae Ri dan Mu Gyul melihat sepasang kakek nenek yang berjalan di depan mereka.
"Benar-benar sangat menyenangkan." ucap Mae Ri saat melihat kakek nenek itu yang berjalan saling menuntun.
"Benar.." jawab Mu Gyul. "Aku pikir, hal itu tidak akan pernah ada di dunia ini, sungguh menakjubkan."
"Butuh berapa banyak waktu yang harus dilewati untuk bisa menjalin rasa hingga seperti itu?" tanya Mu Gyul.
"Tapi, dengan cinta saja tidak akan mampu untuk mempertahankan suatu hubungan sampai seperti itu?" ucap Mae Ri.
"Lalu.. Mereka melalui semuanya dengan kesetiaan?" Mu Gyul menerka jawaban mae Ri.
Mae Ri mengangguk. "Ya.. Mereka pasti melaluinya dengan kesetiaan."
"Memang, kesetiaan tidak terlihat memudar diantara mereka."
"Aku harap, kesetiaan diantara kitapun akan sama seperti itu." ucap Mae Ri.
"Kalau denganmu, aku yakin semuanya akan terjadi." jawab Mu Gyul.
"Kalau kau lelah, kita bisa kembali sekarang." Mu Gyul melihat Mae Ri yang kelelahan.
"Tidak, tidak perlu. Aku sangat menyukai hal ini." jawab mae Ri, ia merebahkan kepalanya ke bahu Mu Gyul. "Bersama denganmu seperti ini, seperti sebuah mimpi. Dan lagi, aku sangat ingin melihat sunset.."
"karena kita tidak bisa melihat sunrise, bisakah kita melihat sunset sebelum kita kembali?" tanya Mu Gyul.
Mae Ri tersenyum. "Ahh.. Apa yang harus aku katakan pada ayahku." ucap Mae Ri.
"Satu satunya jalan adalah dengan jujur kepadanya." jawab Mu Gyul. "Yah, aku akan menjelaskan semuanya kepada Ayahmu saat kita kembali.."
Mae Ri tertidur nyenyak di penginapan, Mu Gyul menjaganya seraya membaca sebuah buku. Mu Gyul terlihat mengantuk dan kemudian memutuskan untuk tidur. Sebelum Mu Gyul tidur, ia memberi kecupan di kening Mae Ri, lalu ia tidur di samping Mae Ri.
Tak berapa lama kemudian, saat Mu Gyul bangun, Mu Gyul setengah mati kaget melihat Ayah Mae Ri ada dihadapannya. Mu Gyul mencari Mae Ri. "Mae Ri yah. Mae Ri."
"Tidak penting seberapa kau memanggilnya, dia tidak akan menjawab panggilanmu." jawab Ayah Mae Ri menatap sinis ke arah Mu Gyul.
"Di mana Mae RI?" tanya Mu Gyul.
"Bagaimana bisa kalian kabur di tengah malam, dan kalian kelelahan lalu menginap di tempat ini, kau terlalu lelah sampai-sampai tidak mengetahui ada orang yang masuk ke sini. Aku membawa Mae Ri pulang ke rumah saat ia masih tertidur." Jawab Ayah Mae Ri. "Katakan padaku yang sebenarnya. Bagaimana bisa, saat kalian memutuskan untuk melihat sunrise tapi kalian malah menginap di tempat seperti ini? Kau pasti tidak peduli padaku dan ingin mempermainkanku, bukan?" Ayah Mae Ri berdiri dari duduknya. "Kau lebih baik jangan pernah berpikir untuk bisa bertemu Mae Ri lagi."
Di rumah Mae Ri. Mu Gyul dan Mae Ri tengah diintrogasi oleh Ayah Mae Ri. hehe..
"Kau sudah membuat pertunangan di batalkan dan sekarang kau membuat keluarga kami berantakan." ucap Ayah Mae Ri pada Mu Gyul. "Dan lagi, kau juga mencoba untuk melarikan diri di tengah malam?"
"Kami tidak melarikan diri, kami akan kembali lagi dan membicarakan semuanya padamu." jawab Mu Gyul.
"Ayah, kau juga lari bersama ibu dan menikahi ibu padahal kakek sama sekali tidak setuju dan tidak menerimamu." ujar Mae Ri mencoba membela Mu Gyul.
"Ah.. Itu rahasia keluarga." jawab Ayah Mae Ri. "Kami perlu berbicara empat mata antar sesama pria. Mae Ri, kau bisa kembali ke kamarmu dan menunggu di sana." suruh Ayah Mae Ri.
"Ayah, kenapa gaya bicaramu menjadi lebih formal seperti itu." tanya Mae Ri yang aneh mendengar perkataan ayahnya yang berbicara dengan bahasa formal.
"Aku tidak bisa berbicara informal kepada orang yang membuatku merasa tidak nyaman." jawab Ayah Mae Ri.
Mu Gyul jadi teringat saat Ayah Mae Ri mabuk yang juga berkata perkataan sama seperti itu, bahwa Ayah Mae Ri tidak bisa berbicara informal pada seseorang yang membuatnya tidak nyaman. Mu Gyul tertawa mengingat kejadian itu.
"Lihat.. Bagaimana bisa kau tertawa terbahak seperti itu saat orang yang lebih dewasa darimu sedang berbicara." Ayah Mae Ri merasa tersinggung karena ditertawakan. "Aku benar-benar tidak dapat menoleransi hal ini."
Mu Gyul menghentikan tawanya, "Maafkan aku, aku mohon, setujuilah hubungan kami." ucap Mu Gyul.
"Aahh.. Bagaimana bisa aku menjadi ayah mertuamu.. Pergi dari rumahku sekarang juga.!" Ayah mae Ri kesal.
"Aku akan kembali lagi nanti." jawab Mu Gyul. Mu Gyul berdiri dari duduknya, dan saat berdiri, kakinya terasa sangat sakit.
Mae Ri panik. "Mu Gyul Ah.." Ia memijit-mijit kaki Mu Gyul. "Ayah, kau benar-benar sangat kejam. Mu Gyul Ah.."
Ayah Mae Ri menahan Mae Ri, saat Mae Ri mencoba untuk mengantar Mu Gyul keluar rumah.
"Ayah.. Lepaskan aku.. Ayah.." Mae Ri berontak.
"Tidak, aku tidak akan melakukannya." Jawab Ayah Mae Ri.
Dan akhirnya Mae Ri bisa melepaskan diri dari ayahnya, Mae Ri mengejar Mu Gyul sampai keluar rumah. "Mu Gyul-ah.. Mu Gyu-ah.." panggil Mae Ri. Tapi saat sampai di luar rumah, ia tidak menemukan Mu Gyul tapi malah bertemu dengan Jung In.
Jung in memakirkan mobilnya tepat di depan rumah Mae Ri.
"Kau kembali dengan selamat." ucap Jung In.
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Mae Ri.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." jawab Jung In.
"Aku tidak bisa." ucap Mae RI.
"Ayahku sakit." jawab Jung In.
Karena kesal dengan Mu Gyul, Ayah Mae Ri datang ke tempat Mu Gyul untuk mencari Mae Ri. Padahal Mae Ri sedang pergi bersama Jung In untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit. Saat berada di depan tempat tinggal Mu Gyul, Ayah Mae Ri bertemu dengan Ibu Mu Gyul, mereka saling bertabrakan.
"Oh, Ibu Kang Mu Gyul." ucap Ayah Mae Ri.
"Apa kau papanya Merry Christmas, benar?" tanya Ibu Mu Gyul.
Apa yang bakal terjadi kalau dua orang itu bertemu? Yap, mereka saling adu mulut.. Hahaa...
"Apa anaku ada di dalam?" tanya Ayah Mae Ri.
"Tidak, dia tidak ada di dalam." jawab Ibu Mu Gyul.
Dan mereka saling bertengkar, saling memojokkan masing-masing, tapi kemudian Ibu Mu Gyul menangis mengingat pengorbanannya dulu saat ia melahirkan Mu Gyul. Ayah Mae Ri jadi merasa iba, mendengar penderitaan Ibu Mu Gyul.
Mu Gyul yang berada di dalam ruangan mendengar ibunya menangis. "Oh, bukankah itu suara tangisan Kam So young?" Mu Gyul langsung keluar dan menemui ibunya.
"Tolong bersikap baiklah pada anakku." ucap Ibu Mu Gyul seraya menghela air matanya dengan tissue. "Dia tumbuh tanpa orang tua."
Karena Ayah Mae Ri merasa iba, sekarang emosinya sudah dapat di kontrol. "Masalahnya adalah Mae Ri ku akan segera menikahi seorang pria kaya, jadi tolong katakan pada putramu untuk tidak kabur lagi bersama anaku. Dia dia memiliki orang tua yang tidak beruntung, paling tidak ia harus menikah dengan calon suami yang baik."
Mu Gyul datang, "Kam So Young, kenapa kau menangis. Jangan menangis, itu sangat memalukan." ucap Mu Gyul.
"Ayah Mae Ri terlihat sangat baik, kau pasti salah sangka menilai kepribadiannya." ucap Ibu Mu Gyul.
"Apa maksudmu?" tanya Mu Gyul.
"Aku akan menoleransi semua kesalahanmu, semua itu karena demi menghormati ibumu saja." ujar Ayah Mae Ri.
"Bukan ibu. Panggil saja Kam So Young." Ibu Mu Gyul tidak ingin dipanggil dengan sebutan ibu oleh Ayah Mae Ri.
Ayah Mae Ri bertanya, "Apa Mae Ri ada di dalam?"
"Tidak." jawab Mu Gyul.
"Benarkah?" Ayah Mae Ri tidak percaya.
Ibu Mu Gyul meyakinkannya, "Ia, dia benar-benar tidak ada di dalam.."
"Baiklah aku akan mempercayaimu, seperti apa yang sudah dikatakakn oleh ibumu." ucap Ayah Mae Ri, ia langsung pergi meninggalkan Mu Gyul dan ibunya.
Mae Ri dan Jung In sampai di rumah Jung In. Asisten datang dan memberitahukan mereka, "Presiden sedang terlelap tidur untuk beberapa saat, tolong tunggu sebentar." ucapnya.
Mae Ri dan Jung In mengangguk mengerti.
Jung In duduk di sofa, Mae Ri pun ikut duduk juga.
"Aku tidak bisa merubah pemikiranku tentang rencana pernikahan kita. Sudahkah kau mempertimbangkan hal itu?"tanya Jung In.
Mae Ri terdiam, ia hendak bilang 'tidak akan melakukan hal itu' tapi kata-kata tertahan.
"Aku mengerti kalau menolak hal itu. Tapi walaupun demikian.. Aku berharap agar kau dapat menyembunyikan semuanya dari ayahku, sembunyikan hal itu seperti tidak terjadi apapun. Stress yang berlebihan adalah faktor utama penyakit ayahku, dan jika ayahku tahu kalau kau sudah memilih pria lain, hal itu akan menjadi sangat sulit untuk menerimanya." kata Jung In.
"Aku mengerti. Karena itulah aku tidak ingin berbohong lagi." jawab Mae Ri.
"Kau benar-benar sangat berarti bagi ayahku, Wi Mae Ri. Jadi, kalau kau tidak dapat melakukannya untukku, aku mohon lakukanlah untuk ayahku." ujar Jung in.
Mae Ri mengetuk pintu kamar Ayah Jung In, lalu ia masuk. Ayah Jung In menyambutnya dengan tersenyum senang. "Kemarilah." ucap Ayah Jung In.
Ayah Jung In mengulurkan tangannya, lalu Mae Ri menggenggam tangan itu.
"Maafkan aku, semua ini salahku." Mae Ri menyesal.
Ayah Jung In menggeleng, "Semua yang aku inginkan adalah melihat senyum indah di wajahmu. Aku yakin aku akan lebih baikkan setelah melihat senyummu, Jadi, aku mohon tersenyumlah."
Mae Ri tersenyum.
"Ya, kau tampak sangat mirip sekali dengan ibumu saat kau tersenyum." ujar Ayah Jung In.
"Aku akan datang mengunjungimu sesering mungkin mulai dari sekarang." kata mae Ri.
"Terimakasih untuk itu." jawab Ayah Jung In. "Tapi, setelah kita menjadi satu keluarga, aku akan dapat bertemu denganmu setiap waktu."
"Agar dapat segera pulih, Ahjussi, kau harus meminum obatmu setiap hari." kata mae RI.
"Benar." jawab Ayah Jung In.
Mu Gyul sedang berkumpul bersama teman-temannya. Mereka menjadikan pernikahan dan masa depan sebagai topik pembicaraan mereka. Teman-teman Mu Gyul sibuk berbicara, sedangkan Mu Gyul hanya mendengarkan tanpa banyak komentar.
"Kita sudah hidup dengan musik lebih dari 10 tahun, tapi tetap saja, kita masih belum bisa memberikan yang terbaik untuk kekasih kita."
"Aku merasa putus asa, saat ada seseorang yang mulai membicarakan tentang pernikahan."
"Itulah kenapa, kita harus menikah dengan perempuan kaya atau mungkin menikah dengan penggemar."
"Yah, cinta penggemar tidak akan lebih dari satu tahun. Saat beras di rumahmu habis dan tagihan listrik sudah menumpuk. Kalian hanya akan saling bertengkar yang pada ujungnya akan berakhir pada perceraian."
"Itu benar-benar sangat menyulitkan."
"Seperti orang tua bilang, yang terbaik adalah menikahi musik saja."
"Buruk sekali. Kita masih muda, ayo minum.."
Mu Gyul diam tidak berkomentar, ia malah mengirimkan sms pada Ibunya, isi smsnya
"Mom.. I miss You.."
Di rumah Mu Gyul, Mu Gyul berbicara dengan Ibunya tentang rencana kepergian ibunya ke paris.
"Jadi, bagaimana persiapanmu untuk pergi ke paris? Waktunya tinggal sebulan lagi." tanya Mu Gyul.
"Aku harus menjual kafe dulu." jawab Ibu Mu Gyul seraya memijat-mijat kepalanya sendiri. Tapi ada apa memanggilku untuk ke sini?"
"Bu, tidak akankah kau menikah?" tanya Mu Gyul lagi.
"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan tentang pernikahan?" tanya Ibu Mu Gyul seraya tersenyum.
"Tidak apa-apa, hanya penasaran saja." jawab Mu Gyul.
"Yah, seperti yang kau tahu.. Aku tidak ingin terikat, dan aku juga tidak terlalu percaya juga, dan lagi aku sangat takut." jawab Ibu Mu Gyul. "Tapi belakangan ini, aku berpikir, karena aku sudah semakin tua, dan aku merasa kesepian. Aku khawatir tentang apa yang akan aku lakukakn di masa yang akan datang saat aku tua. Aku khawatir karena aku tidak memiliki siapapun di sisiku. Itulah alasan kenapa, aku setuju untuk pergi ke Paris dengan pria itu, meskipun aku sendiri tidak tahu, sampai kapan hubungan kami akan terus berjalan."
"Yah, kau memilikiku bu." jawab Mu Gyul.
"Benar." Ibu Mu Gyul tersenyum dan melihat ke arah Mu Gyul. "Tapi, bagaimana denganmu?"
Mu Gyul teringat perkataan Mae Ri saat di Nami Island, Mae Ri berbicara tentang kesetiaan.
Mae Ri kembali ke rumah, Ayahnya menunggu cemas di ruang tamu.
"Kemana saja kau?" tanya Ayah Mae Ri saat melihat Mae Ri masuk.
"Aku pergi ke tempat ahjusshi." jawab Mae Ri.
"Kenapa kau kesana?" tanya Ayah Mae Ri lagi dengan kesal. "Apa kau sudah berubah pikiran lagi untuk kembali bertunangan dengan Jung In?"
"Aku bertemu Direktur di luar dan dia mengajaku untuk ke rumahnya, itu saja." jawsab Mae Ri. "Dan lagi, perasaanku pada Mu Gyul tidak akan pernah berubah."
"Apa? Mae Ri Yah.. Aku mohon padamu untuk berpisah dengan pria itu." pinta Ayah Mae RI.
"Ayah, katakan padaku dengan jujur, apa yang membuatmu merasa tidak suka dengan Mu Gyul?" tanya Mae Ri.
"Apa yang tidak aku suka? matanya, hidungnya, mulutnya.." jawab Ayah Mae Ri.
"Ayah.."
"Aku sangat membenci semua yang ada pada pria itu.."
"Tapi dia orang pertama yang aku cintai." jawab Mae Ri. "Ayah, tidakkah kau mengerti hal itu?"
"Lalu? Apa kau berencana untuk menikah dengannya?"
"Kami baru saja menjalin hubungan, bagaiman bisa kau langsung berbicara tentang pernikahan?"
"Kau bukan lagi anak-anak. Jika kalian tidak segera menikah, kenapa kalian menjalin hubungan?"
"Kalau kami menikah, apa kau juga akan setuju?"
"Tidak, tidak dengan pria itu. Dia benar-benar playboy. Hatimu akan merasa sakit setelah dia meninggalkanmu."
"Ayah, pernikahan kami saat itu memang palsu, dan saat itu juga kami tidak saling mencintai. Tapi, Ayah, sekarang semuanya berbeda. Mu Gyul akan melakukan yang terbaik."
"Tidak, tidak.. Aku tidak percaya padanya, Mae RI. Kau harus menerima cinta dari seseorang yang dapat memberikanmu perasaan itu, dan bukan pria itu.
"Itu karena kau belum mengenal Mu Gyul, ayah. Mu Gyul benar-benar sangat penyayang.
"Kau berpikir seperti itu karena kau sedang dibutakan oleh cinta. Mae Ri Yah, cinta pertama itu tidak berarti apapun.."
"Yah, kau juga menikah dengan ibu karena cinta pertama."
"Itulah kenapa ibumu merasa tidak bahagia. Dia dibutakan oleh cinta. Mae Ri yah kau tidak bisa hidup selama 50 tahun hanya dengan cinta. Semua yang aku inginkan adalah melihatmu bahagia.
Mae Ri menahan air matanya, "Ayah, aku merasa bahagia saat aku bersama Mu Gyul. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan hal ini sejak aku lahir. Kau tahu dengan sangat baik bagaimana aku hidup selama ini, Aku selalu hidup tanpa memiliki waktu untuk bermimpi atau sekedar mencintai. Tapi sekarang berbeda ayah.. Aku ingin memulai semuanya dalam hidupku dengan apa yang aku impikan dan aku cintai, huh?"
Seo Jun dan Jung In berada di lokasi syuting, mereka saling membicarakan tentang masalah jadwal Lee An. Lee An yang baru saja di bicarakan datang bersama Managernya. Mereka saling menyapa. Lee An berkomentar tentang ruangan yang digunakan untuk drama sangat dingin, ia meminta untuk menggunakan penghangat ruangan. Tapi, Seo Jun segera berkata kalau semua tempat syuting memang dingin seperti ini. Lee An kemudian pamit untuk melihat-lihat lokasi syuting.
Jung In berkata pada Seo Jun mengenai Mu Gyul, mereka berbicara menjauhi manager Lee An.
"Ah Seo Jun.. Aku memutuskan untuk menggunakan produser musik yang sama." itu berarti Jung In masih memerlukan Mu Gyul untuk membuatkan ost di produksi dramanya. "Appa kau keberatan dan merasa tidak nyaman?"
"Aku? Kenapa harus seperti itu? Aku hanya tidak ingin memikirkan apapun kecuali pekerjaan." jawab Seo Jun. Seo Jun menyetujui saja kalau Mu Gyul tetap menjadi produser musik.
Kemudian Seo Jun pamit untuk melihat keadaan Lokasi Syuting.
Setelah Seo Jun pergi, manager Lee An segera menghampiri Jung In. Ia membicarakan tentang masalah Seo Jun. Manager Lee An menyuruh Direktur Jung In untuk lebih berhati-hati, karena mungkin akan ada masalah baru lagi yang muncul.
Mu Gyul baru saja selesai mengajar, ia sedang berbicara di telepon dengan Mae Ri.
"Aku baru saja selesai. Aku akan langsung pulang ke rumah sekarang. Kau sedang apa?" tanya Mu Gyul.
"Oh, aku baru saja mencari materi untuk drama. Kau sudah makan?" jawab Mae RI.
"Belum.. Ahh.. Sepertinya aku ingin makan sup buatanmu."
""Baiklah, aku akan segera membuatkannya setelah aku pulang dari bekerja. Cepat pulang, okay?"
"Okay." Mu Gyul menutup teleponnya.
Jung In ternyata sedari tadi sedang menunggu Mu Gyul, ia harus membicarakan hal yang penting dengan Mu Gyul. Jung In memanggil Mu Gyul. "Kang Mu Gyul."
Mu Gyul menengok ke arah Jung In, tapi kemudian anak-anak murid yang juga penggemar fanatik Mu Gyul, mereka langsung menyerbu Mu Gyul.
Mu Gyul dan Jung In berada di sebuah restaurant, mereka akan membicarakan hal yang sangat serius, bukan hanya tentang pekerjaan, tapi juga tentang hubungan mereka dengan Mae Ri. Uah, atmosphere yang sangat menegangkan.
"Kau bilang akan membicarakan tentang pekerjaan?" ucap Mu Gyul.
"Aku memang perlu membicarakan masalah pekerjaan denganmu, tapi aku juga harus membicarakan tentang Mae Ri terlebih dahulu." jawab Jung In. Jung In menatap tajam ke arah Mu Gyul. "Apa kau siap menikah, Kang Mu Gyul?"
"Siapa yang mengatakan aku akan menikah?" jawab Mu Gyul.
"Aku siap menikah..." ucap Jung In dengan pasti.
"Ahh.. Maksudmu menikah dengan alasan uang, benar?" Mu Gyul mencoba menjatuhkan Jung In.
"Aku hanya akan mengatakan hal ini sekali. Bahwa aku adalah suami sah Mae Ri di mata hukum. Dan aku harus menyetujui untuk mengakhiri semuanya setelah kontrak selesai."
Mu Gyul pulang, ia berjalan seraya memikirkan Mae Ri dan memikirkan tentang perkataan Jung In. Saat hendak masuk ke dalam rumah, Seo Jun yang sudah lama menunggu Mu Gyul, memanggilnya, "Kang Mu Gyul."
Mu Gyul menengok ke arah Seo Jun. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mu Gyul.
Seo Jun menyerahkan kalung pemberian Mu Gyul saat mereka masih menjadi sepasang kekasih.
"Aku datang untuk mengembalikan ini." ucap Seo Jun.
"Buang saja." jawab Mu Gyul.
"Baiklah." Seo Jun membuang kalung itu tak jauh dari tempatnya berdiri. "Aku akan berusaha melupakanmu. Dan aku akan mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya."
Seo Jun mendekatkan wajahnya ke wajah Mu Gyul daaaan.. Kiss..
Mu Gyul dan Seo Jun tidak menyadari kalau Mae Ri tengah memperhatikan mereka. Mae Ri melihat langsung Kissing antara Mu Gyul dan Seo Jun.
sumber : recap-koreandrama
0 komentar:
Posting Komentar